Menurut studi, diare dapat menyebabkan komplikasi, seperti dehidrasi, gangguan keseimbangan, hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi. Sebenarnya, diare bisa sembuh sendirinya dalam beberapa hari.
Namun, tidak menutup kemungkinan diare terjadi lebih lama bahkan menyebabkan komplikasi. Berikut ini adalah daftar komplikasi diare yang patut diwaspadai serta beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menghindari komplikasinya.
1. Kehilangan Cairan (Dehidrasi)
Kehilangan cairan atau dehidrasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu dehidrasi ringan dan dehidrasi berat.
-
Dehidrasi ringan: penderita diare bisa kehilangan cairan 5-10% berat badan. Tanda tanda dehidrasi di antaranya gelisah dan rewel (pada bayi dan balita), mata cekung, buang air kecil lebih jarang, serta rasa haus meningkat.
-
Dehidrasi berat: pasien diare dapat mengalami dehidrasi > 10% dari berat badan. Tanda-tanda umumnya seperti lesu, kesadaran melemah, mata cekung, kulit tidak elastis, bibir kering, urin berwarna gelap, malas minum.
Jika Anda mengalami dehidrasi, minumlah banyak cairan seperti air putih, jus buah encer, atau jus buah. Jika mual dan muntah, cobalah minum sedikit demi sedikit air namun lebih sering.
2. Gangguan Keseimbangan Asam Basa (Metabolik Asidosis)
Saat diare, tubuh kehilangan banyak cairan dan garam penting, terutama natrium (Na) dan bikarbonat. Hilangnya dua zat ini membuat keseimbangan asam-basa tubuh terganggu.
Akibatnya, metabolisme lemak tidak berjalan normal, dan tubuh bisa menumpuk sisa-sisa zat buangan atau “benda kotor”. Salah satu dampaknya adalah meningkatnya asam laktat dalam tubuh, yang menyebabkan jaringan tubuh kekurangan energi dan menurunkan nafsu makan (anoreksia jaringan).
Selain itu, ketika zat asam dalam tubuh meningkat, ginjal kesulitan membuangnya karena kekurangan cairan akibat diare. Kondisi ini bisa menyebabkan produksi urine berkurang (oliguria) bahkan tidak keluar sama sekali (anuria).
Ketidakseimbangan ini juga memicu perpindahan ion natrium dari luar sel ke dalam sel, sehingga cairan tubuh semakin berkurang di luar sel dan kondisi dehidrasi menjadi semakin berat.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi ketika kadar gula dalam darah terlalu rendah. Kondisi ini sering terjadi pada anak-anak yang sebelumnya kekurangan gizi, terutama kekurangan kalori dan protein.
Oleh karena tubuh kekurangan asupan tersebut, organ hati tidak mampu menyimpan cukup glikogen, yaitu cadangan energi yang biasanya digunakan untuk menjaga kadar gula darah tetap normal. Selain itu, tubuh juga mengalami gangguan dalam proses pembentukan dan penggunaan glukosa.
Akibatnya, kadar gula darah bisa turun drastis hingga di bawah 40% pada bayi dan di bawah 50% pada anak-anak. Ketika hipoglikemia terjadi, anak bisa tampak lemas, pucat, berkeringat dingin, gelisah, atau bahkan pingsan jika tidak segera ditangani.
4. Gangguan Gizi
Pada bayi, diare dapat menyebabkan turunnya berat badan dan gangguan gizi karena anak menjadi kurang makan. Meskipun anak masih sering diberikan ASI, diare tetap bisa membuat tubuh kekurangan gizi. Hal ini terjadi karena makanan yang masuk tidak dapat diserap dengan baik oleh tubuh.
Baca Juga: Diare pada Bayi: Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya
Ketika diare, usus mengalami hiperperistaltik, yaitu gerakan usus yang terlalu cepat, sehingga makanan langsung keluar sebelum sempat dicerna dan diserap. Akibatnya, nutrisi penting tidak masuk ke dalam tubuh, dan anak berisiko mengalami kekurangan gizi meskipun terlihat sering makan atau menyusu.
5. Gangguan Sirkulasi
Ketika seseorang mengalami diare berat, tubuh kehilangan banyak cairan dan garam mineral melalui tinja. Akibatnya, sirkulasi darah terganggu karena volume darah berkurang. Hal ini menyebabkan penurunan aliran darah ke jaringan tubuh (perfusi menurun), sehingga sel-sel kekurangan oksigen (hipoksia).
Jika kondisi ini dibiarkan, tubuh akan mengalami penumpukan asam (asidosis) yang membuat fungsi organ semakin lemah. Dalam keadaan yang sangat parah, peredaran darah ke otak juga bisa terganggu, menyebabkan perdarahan otak, penurunan kesadaran, bahkan kematian bila tidak segera ditangani dengan pemberian cairan dan perawatan medis.
Bagaimana Menghindari Komplikasi pada Diare?
Untuk menghindari komplikasi akibat diare, beberapa hal yang bisa lakukan adalah:
-
Fokus rehidrasi: Minumlah banyak air atau beberapa minuman untuk diare, seperti oralit dan air kelapa murni. Jika tidak sanggup rehidrasi melalui oral, pasien bisa menggunakan infus untuk diare.
-
Obati dengan segera setelah diare terjadi: Ketika rehidrasi tidak membuat Anda sembuh, sebaiknya Anda melakukan pengobatan diare seperti minum obat diare dan menghindari aktivitas fisik agar cairan tubuh terjaga.
-
Vaksin: Vaksin atau imunisasi rotavirus (RV) bisa menurunkan kemungkinan komplikasi diare. Biasanya, imunisasi ini dilakukan saat bayi berusia 2 bulan.
-
Berobat dengan dokter: Sebaiknya Anda tidak menunggu hingga diare parah, berobatlah dengan dokter. Jika tidak sanggup meninggalkan rumah, Anda bisa menggunakan layanan dokter ke rumah dari Homecare Dokter. Cukup hubungi kami melalui WhatsApp dan buat perjanjian, dokter dan perawat kami akan datang untuk menangani Anda lengkap dengan obat-obatannya.
Itulah daftar komplikasi diare yang mungkin terjadi pada penderita diare. Namun, itu semua dapat dihindari dengan beberapa cara penyembuhan diare dan juga vaksinasi atau imunisasi.
Artikel ini Disusun Oleh Mirna S. Tim Medis Klinik kirana dan Sudah ditinjau oleh : dr. Hadi Purnomo - Kepala Dokter Klinik Kirana
Baca Proses Editorial Klinik Kirana disini : Proses Editorial
- National Center for Biotechnology Information. (2022). Evaluation of the child with diarrhea. In StatPearls.
- National Center for Biotechnology Information. (2023). Dehydration: Overview, Pathophysiology, and Evaluation. In StatPearls.
- NHS. Dehydration.
- World Health Organization. (2024). Diarrhoeal disease.
- Universitas Nasional (UNAS). Bab 2 (Dokumen PDF).


