10 Akibat Kekurangan Vitamin C pada Kesehatan

Penyakit Umum April 10, 2025 Penulis : Mirna S
10 Akibat Kekurangan Vitamin C pada Kesehatan

Tubuh gampang capek dan gusi berdarah tiba-tiba tanpa sebab? Bisa jadi gejala ini menjadi tanda bahwa bahwa konsentrasi asam askorbat dalam tubuh tubuh rendah. Kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan terganggunya berbagai aktivitas biologis tubuh.

Ini karena peran ganda vitamin C atau asam askorbat sebagai agen antioksidan poten dan kofaktor bagi sejumlah enzim. Mulai dari sintesis kolagen yang esensial untuk kesehatan kulit, tulang, dan sistem vaskular hingga fungsi optimal sistem imun dalam melawan infeksi.

Dengan mengetahui betapa pentingnya manfaat vitamin C untuk tubuh, mari telusuri lebih jauh apa itu kekurangan vitamin C dan dampaknya untuk kesehatan.

Kekurangan Vitamin C

seorang pria duduk bersedekap merasakan tubuhnya menggigilKekurangan vitamin C merujuk pada situasi di mana intake asam askorbat berada di bawah ambang batas AKG (angka kebutuhan gizi) atau kebutuhan vitamin C harian.

Dalam istilah medis, kekurangan ringan hingga sedang sering disebut sebagai hipovitaminosis C. Jika masalah ini terus berlanjut tanpa tindakan, kondisi akan berkembang menjadi defisiensi vitamin C parah dan menyebabkan gangguan kesehatan serius seperti skorbut.

Beberapa penyebab utama kekurangan vitamin C meliputi[1][2][3]:

  • Pola makan yang tidak seimbang.

  • Gangguan penyerapan nutrisi pada saluran pencernaan, misalnya pada penderita penyakit Crohn.

  • Kebiasaan merokok, yang meningkatkan kebutuhan tubuh akan vitamin C karena efek oksidatif dari rokok.

  • Kondisi medis tertentu, seperti penyakit ginjal kronis atau penggunaan obat-obatan tertentu yang memengaruhi metabolisme vitamin C.

  • Stres fisik dan emosional yang berkepanjangan.

  • Kebiasaan minum alkohol berlebihan.

  • Keterbatasan akses terhadap makanan bergizi.

Apa yang Terjadi Jika Tubuh Kekurangan Vitamin C?

kondisi tangan yang mengalami keratosis pilarisKekurangan vitamin C, meskipun sering dianggap ringan, dapat berdampak signifikan pada kesehatan, terutama dalam jangka panjang.

Hipovitaminosis C memiliki gejala bervariasi, sementara defisiensi parah berkembang bertahap dan dapat memicu masalah kesehatan serius jika tanpa penanganan yang tepat. Berikut adalah beberapa dampaknya.

1. Keratosis Pilaris

Asam askorbat berperan krusial dalam sintesis kolagen, fondasi jaringan ikat di berbagai bagian tubuh. Mulai dari rambut, kulit, sendi, tulang, hingga sistem vaskular[4].

Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan keratosis pilaris. Kulit bertekstur seperti “kulit ayam”—kasar dan berbintik yang muncul di area tertentu akibat dari akumulasi keratin di folikel (akar) rambut. Misalnya di lengan atas bagian belakang, paha, atau bokong[5].

Meski demikian, fakta lain mengungkap bahwa kekurangan asupan askorbat selama 3-5 bulan juga dapat menjadi pemicu kondisi ini[6].

2. Rambut Bengkok dan Mudah Patah

Selain kulit, dampak kekurangan vitamin C lainnya adalah terpengaruhnya pertumbuhan dan struktur rambut[7].

Akibat kekurangan vitamin C ini, menyebabkan pembentukan protein rambut yang strukturnya abnormal. Alhasil rambut tumbuh bengkok atau bahkan melingkar seperti spiral.

Namun, karena rambut yang bermasalah ini rentan patah atau mudah rontok, tanda hipovitaminosis C tersebut mungkin tidak tampak jelas[8]. Untungnya masalah ini bisa teratasi dengan suplementasi vitamin C yang cukup[9], baik dari buah atau sayuran yang mengandung vitamin C maupun obat.

3. Perdarahan Perifolikular

Rendahnya konsentrasi asam askorbat menyebabkan kerapuhan pembuluh darah kecil di sekitar folikel rambut, yang kemudian pecah dan memunculkan bintik-bintik merah kecil.

Fenomena ini dikenal sebagai perdarahan perifolikular. Gejalanya sendiri akan hilang dalam waktu sekitar dua minggu dengan konsumsi suplemen, sayuran, atau buah mengandung vitamin C yang memadai[7][8][9].

4. Mudah Memar

Kondisi medis lain yang erat kaitannya dengan defisiensi vitamin C adalah mudah memar. Hal ini terjadi karena terganggunya produksi protein—kolagen yang menjadi penguat dan penjamin elastisitas pembuluh darah[10].

Ketika pembentukan protein ini terganggu maka saluran darah akan rentan pecah dan pecahnya sistem kapiler di bawah permukaan kulit akan menyebabkan memar.

Manifestasi memarnya pun bervariasi, mulai dari lesi ekstensif hingga petekie berwarna ungu[7][11][12]. Munculnya memar dengan mudah seringkali menjadi tanda kekurangan vitamin C pertama dan sebaiknya menjadi alasan untuk memeriksa kadar vitamin C dalam tubuh[13][14][15].

5. Penyembuhan Luka Berjalan Lama

Masih berkaitan dengan kolagen, rendahnya konsentrasi asam askorbat dalam tubuh menyebabkan lamanya pembentukan kolagen dan hal ini berdampak pada durasi penyembuhan yang berjalan lama[1].

Mekanisme ini aktif saat tubuh terluka yang secara inheren memicu peningkatan sintesis kolagen sebagai respons penyembuhan. Selanjutnya kolagen bertindak sebagai matriks yang memandu sel-sel menuju area yang rusak dan menginisiasi regenerasi jaringan.

Rendahnya konsentrasi vitamin C selama beberapa bulan juga mengakibatkan elevasi risiko infeksi, terutama pada luka kronis[7][16][17][18][19].

6. Nyeri Sendi

Karena struktur sendi didominasi oleh jaringan ikat yang kolagen, defisiensi nutrisi ini dapat memberikan efek negatif pada fungsi dan kenyamanan sendi.

Beberapa kasus menunjukkan adanya hubungan antara hipovitaminosis C dan timbulnya nyeri sendi, yang seringkali cukup signifikan hingga mengganggu mobilitas, seperti menyebabkan pincang atau sulit berjalan[12][13][15][20].

Lebih lanjut, orang dengan defisiensi vitamin C berisiko mengalami perdarahan di dalam sendi, yang selanjutnya dapat memperberat keadaan dengan mengakibatkan inflamasi dan rasa nyeri[1].

Untuk mengatasinya, Anda bisa mengonsumsi suplementasi vitamin C dalam seminggu dan gejalanya pun akan mereda.

7. Kepadatan Tulang Berkurang

Hipovitaminosis C parah juga dapat melemahkan tulang. Terbukti bahwa asupan asam askorbat yang rendah berkorelasi dengan risiko fraktur dan osteoporosis yang lebih tinggi[21][22][23].

Hal ini disebabkan karena vitamin C memegang peranan krusial dalam proses pembentukan tulang, dan kekurangannya dapat memicu peningkatan tingkat keropos tulang[18].

Lebih lanjut, kerangka tulang pada masa kanak-kanak sangat berisiko akibat defisiensi vitamin C, mengingat tulang mereka masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan aktif [24][25].

8. Gusi Berdarah dan Gigi Copot

Gusi yang meradang, membengkak, dan rentan terhadap perdarahan merupakan manifestasi umum dari kekurangan askorbat. Fenomena ini timbul akibat peran signifikan vitamin C dalam memelihara kekokohan jaringan gusi dan dinding vaskular.

Ketika kondisi ini terus berlanjut dan menjadi makin parah, gusi bisa berubah warna menjadi ungu dan mengalami kerusakan[26]. Akibatnya, struktur penyangga gigi melemah dan gigi berisiko tanggal karena kondisi periodontal yang tidak sehat dan degradasi dentin.

9. Sistem Imun Melemah

Penelitian mengungkapkan bahwa vitamin C terkumpul dalam berbagai sel imun untuk membantu melawan infeksi dan melenyapkan patogen penyebab penyakit[27][28].

Kekurangan vitamin C melemahkan kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko infeksi, termasuk penyakit serius seperti pneumonia[29][30][31]. Bahkan, banyak penderita penyakit kudis akibat defisiensi vitamin C juga meninggal karena infeksi karena sistem kekebalan mereka sangat terganggu.

10. Skorbut

Scurvy atau skorbut adalah penyakit akibat tubuh mengalami defisiensi asam askorbat parah dan berkepanjangan[32]. Biasanya, tanda-tanda scurvy dimulai setelah setidaknya 4 minggu kekurangan asupan vitamin C terus-menerus. Namun, secara umum, gejala penyakit ini membutuhkan 3 bulan atau lebih untuk berkembang.

Pada tahap awal, Anda mungkin merasakan:

  • Tubuh melemah dan kelelahan tanpa sebab

  • Hilang nafsu makan

  • Mudah marah

  • Kaki sakit

Setelah 1-3 bulan, gejala mulai memburuk dengan berbagai indikasi klinis, seperti:

  • Anemia

  • Gingivitis

  • Sakit kepala parah

  • Perdarahan internal di bawah kulit

  • Mudah memar

  • Kerusakan gigi

  • Nyeri sendi

  • Nyeri dada

  • Penglihatan bermasalah

  • Sesak napas

  • Pendarahan gastrointestinal

  • dan lainnya.

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Jika Anda mengalami gejala atau kondisi medis di atas, jangan abaikan kemungkinan kekurangan vitamin C.

Jaga kesehatan dengan cukup vitamin C! Untuk solusi cepat, manfaatkan layanan infus dan injeksi vitamin C dari Homecaredokter.com by Klinik Kirana. Nikmati kemudahan perawatan medis profesional langsung di rumah Anda.

Artikel ini Disusun Oleh Mirna S. Tim Medis Klinik kirana dan Sudah ditinjau oleh : dr. Hadi Purnomo - Kepala Dokter Klinik Kirana

Baca Proses Editorial Klinik Kirana disini : Proses Editorial

  • PubMed NCBI. Skin findings associated with nutritional deficiencies. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27726828/
  • PubMed NCBI. Old world meets modern: a case report of scurvy. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17644699/
  • PubMed NCBI. Serum vitamin C and the prevalence of vitamin C deficiency in the United States: 2003-2004 National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES). Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19675106/
  • PubMed NCBI. Vitamin C in Health and Disease. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15150630/
  • PubMed NCBI. Keratosis pilaris: a common follicular hyperkeratosis. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18856156/
  • PubMed NCBI. Syndromes associated with nutritional deficiency and excess. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21034991/
  • PubMed NCBI. Adult scurvy. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10570371/
  • PubMed NCBI. Perifollicular haemorrhage with corkscrew hair due to scurvy. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26508719/
  • PubMed NCBI. Scurvy: reemergence of nutritional deficiencies. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18854467/
  • PubMed NCBI. Scurvy: historical review and current diagnostic approach. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12898492/
  • PubMed Central NIH. Extensive bruising secondary to vitamin C deficiency. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3027858/
  • PubMed NCBI. Scurvy: a disease almost forgotten. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16911372/
  • PubMed NCBI. Scurvy presenting as painful gait with bruising in a young boy. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10891027/
  • PubMed NCBI. Investigating easy bruising in an adult. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28183694/
  • PubMed NCBI. Inability to walk due to scurvy: A forgotten disease. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20622353/
  • PubMed NCBI. [Vitamin C deficiency and leg ulcers. A case control study]. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17475430/
  • PubMed NCBI. The role of scurvy in Scott's return from the South Pole. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23734365/
  • PubMed NCBI. Musculoskeletal manifestations of scurvy. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15797491/
  • PubMed NCBI. Identification and treatment of scurvy: a case report. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16301149/
  • PubMed NCBI. Scurvy in pediatric patients: a review of 28 cases. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/14700174/
  • PubMed NCBI. Vitamin C supplement use and bone mineral density in postmenopausal women. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/11149477/
  • PubMed NCBI. Relation of ascorbic acid to bone mineral density and self-reported fractures among US adults. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/11532784/
  • PubMed NCBI. High vitamin C intake is associated with lower 4-year bone loss in elderly men. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18806103/
  • PubMed NCBI. Magnetic resonance imaging appearance of scurvy with gelatinous bone marrow transformation. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22223127/
  • PubMed NCBI. MRI findings in pediatric patients with scurvy. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25109378/
  • PubMed NCBI. Scurvy in a 10-month-old boy. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17269976/
  • PubMed NCBI. Vitamin C and Immune Function. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29099763/
  • PubMed NCBI. Contribution of selected vitamins and trace elements to immune function. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17726308/
  • PubMed NCBI. Vitamin C and Infection. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28353648/
  • PubMed NCBI. Essential role of vitamin C and zinc in child immunity and health. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20515554/
  • PubMed NCBI. Vitamin C supplementation slightly improves physical activity levels and reduces cold incidence in men with marginal vitamin C status: a randomized controlled trial. Diakses pada 05/04/2025, dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25010554/
  • Cleveland Clinic. Scurvy. Diakses pada 05/04/2025, dari https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/24318-scurvy
Artikel Terkait
Artikel Terbaru