Hematuria adalah sebuah kondisi di mana urine mengandung darah, baik terlihat secara kasat mata maupun harus menggunakan mikroskop. Hematuria dapat disebabkan oleh banyak hal, termasuk infeksi saluran kemih, olahraga berat, dan penyakit ginjal kronis.
Fenomena urine pada darah cukup umum terjadi. Sekiranya, lebih dari 20% orang yang diperiksa oleh ahli urologi memiliki darah dalam urine mereka. Terkadang, gejala hematuria sangat sulit terlihat atau tidak menunjukkan gejala (asimptomatik).
Apa Itu Hematuria?
Hematuria adalah istilah medis untuk urine yang mengandung darah. Hematuria dapat terlihat secara jelas yang membuat urine Anda merah muda atau merah gelap. Kadang, darahnya pun tidak terlihat dan harus diuji menggunakan mikroskop.
Beberapa jenis hematuria berdasarkan pengujian medis:
-
Hematuria gross: Hematuria jenis ini dapat terlihat dengan jelas (mata telanjang), urine Anda akan berwarna merah muda pucat atau merah terang.
-
Hematuria mikroskopis: Hematuria jenis ini tidak terlihat dengan mata telanjang dan harus menggunakan mikroskop (microhematuria).
-
Hematuria dipstick: Hematuria jenis ini diuji melalui dipstick, yaitu potongan tipis plastik berbahan kimia yang akan berubah warna jika terdapat zat tertentu dalam urine Anda.
Apa Penyebab Hematuria?
Hematuria disebabkan oleh adanya gangguan pada ginjal atau saluran kemih yang dapat membuat sel darah masuk ke dalam urine. Jadi, ginjal atau saluran kemih Anda seperti meloloskan atau membocorkan sel darah ke urine.
Berikut ini beberapa penyebab ginjal atau saluran kemih bisa membuat darah masuk ke dalam urine:
1. Infeksi saluran kemih (ISK)
ISK dapat terjadi ketika bakteri masuk ke dalam saluran tempat urine keluar dari tubuh, yang disebut uretra. Kemudian bakteri berkembang biak di kandung kemih.
ISK dapat menyebabkan pendarahan yang membuat urine tampak merah, merah muda, bahkan kecoklatan.
Beberapa gejala ISK:
-
Keinginan kuat untuk buang air kecil yang berlangsung lama
-
Ada rasa sakit dan terbakar saat buang air kecil (disuria)
-
Urine Anda mungkin juga berbau sangat menyengat
2. Infeksi ginjal
Jenis ISK ini juga disebut pielonefritis, terjadi ketika bakteri masuk ke ginjal dari aliran darah. Infeksi juga dapat terjadi ketika bakteri berpindah ke ginjal dari sepasang saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih (ureter).
Infeksi ginjal dapat menyebabkan gejala yang berhubungan dengan urine yang sama seperti ISK lainnya. Tetapi infeksi ginjal lebih mungkin menyebabkan demam dan nyeri di punggung atau selangkangan.
3. Batu kandung kemih atau ginjal
Mineral dalam urine dapat membentuk kristal di dinding ginjal atau kandung kemih. Seiring waktu, kristal tersebut dapat menjadi batu kecil dan keras.
Batu-batu ini seringkali tidak menimbulkan rasa sakit tetapi bisa sangat menyakitkan jika menyebabkan penyumbatan atau keluar melalui urine.
Batu kandung kemih atau ginjal dapat menyebabkan darah dalam urine yang dapat dilihat dengan secara langsung maupun melalui tes laboratorium.
4. Pembesaran prostat
Kelenjar prostat terletak tepat di bawah kandung kemih, dan mengelilingi bagian atas uretra. Kelenjar ini seringkali membesar menjelang usia paruh baya. Kelenjar ini kemudian menekan uretra, sehingga sebagian menghalangi aliran urine.
Membesarnya prostat mungkin membuat Anda mengalami kesulitan buang air kecil, keinginan buang air kecil yang mendesak atau berkepanjangan, atau darah dalam urine. Infeksi prostat (prostatitis) juga dapat menyebabkan gejala yang sama.
5. Penyakit ginjal
Darah dalam urine yang hanya dapat dilihat di laboratorium merupakan gejala umum penyakit ginjal yang disebut glomerulonefritis. Penyakit ini menyebabkan peradangan pada filter kecil di ginjal yang menyaring limbah dari darah.
6. Kanker
Darah dalam urine yang dapat dilihat secara langsung dapat menjadi tanda kanker ginjal, kanker kandung kemih, atau kanker prostat stadium lanjut.
Kanker ini mungkin tidak menimbulkan gejala lebih awal jika pengobatannya dapat memberikan hasil yang lebih baik.
7. Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menyebabkan darah muncul dalam urine, seperti:
-
Obat anti kanker siklofosfamid (Cytoxan)
-
Antibiotik penisilin
-
Obat-obatan yang mencegah pembekuan darah
-
Obat-obatan yang mencegah sel darah saling menempel, seperti aspirin pereda nyeri
-
Obat-obatan yang mengencerkan darah, seperti heparin
8. Olahraga berat
Darah dalam urine dapat terjadi setelah berolahraga yang terdapat kontak fisik. Hal ini memungkinkan kerusakan kandung kemih akibat benturan saat olahraga.
Jika olahraga berat menyebabkan darah dalam urine, kondisi ini dapat hilang dengan sendirinya dalam seminggu.
Namun, olahraga berat juga dapat menyebabkan cedera ginjal, misalnya melalui pukulan atau tendangan dalam olahraga tarung. Kondisi ini dapat menyebabkan darah muncul dalam urine.
Gejala Hematuria
Gejala umum dari hematuria di antaranya urine berwarna merah muda, merah gelap, bahkan kecoklatan seperti teh.
Beberapa gejala utama hematuria seperti:
-
Perubahan warna pada urine
-
Buang air kecil lebih sering dari biasanya
-
Sensasi nyeri atau rasa terbakar saat buang air kecil (disuria)
-
Keinginan untuk segera buang air kecil dan tidak dapat ditahan
Anda mungkin juga mengalami gejala terkait lainnya, termasuk:
-
Mual dan muntah
-
Demam
-
Menggigil
-
Nyeri punggung bawah
-
Nyeri perut
-
Nyeri panggul
Tidak jarang juga pasien hematuria akan mendapati gumpalan darah pada urine mereka. Ini akan membuat pasien merasakan sakit dan nyeri ketika buang air kecil. Kondisi ini mengharuskan Anda periksa ke dokter karena sudah termasuk parah.
Tes untuk Diagnosis Hematuria
Berikut ini beberapa tes yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis apakah Anda memiliki hematuria atau tidak:
-
Urinalysis: Dokter akan memeriksa urine Anda serta mencari tanda-tanda kondisi yang menyebabkan hematuria.
-
Urine culture: Dokter akan memeriksa urine Anda untuk mencari tanda-tanda infeksi.
-
Urine cytology: Dokter akan memeriksa sel-sel pada urine Anda yang tampak abnormal.
-
Sistoskopi: Dokter akan memasukkan kamera kecil (sistoskop) melalui uretra Anda ke dalam kandung kemih untuk memeriksa uretra dan kandung kemih Anda.
-
CT scan dan MRI: USG, CT scan, dan MRI akan menghasilkan gambar sistem kemih Anda serta organ dan struktur lainnya.
Penanganan dan Pencegahan Hematuria
Tidak ada satu pengobatan yang mampu menangani hematuria secara general. Pengobatan untuk hematuria tergantung dari masing-masing penyebab seperti yang sudah disebutkan di atas.
Sebaiknya, Anda melakukan langkah pencegahan sebelum terjangkit gejala-gejala hematuria. Ada beberapa langkah pencegahan untuk menghindari hematuria, di antaranya:
-
Minum air secukupnya setiap hari, kurang lebih 2 liter sehari
-
Buang air kecil sebelum dan sesudah berhubungan seksual
-
Untuk perempuan, bersihkan anus dari arah depan ke belakang setelah buang air besar (dari vagina ke anus) untuk menghindari kotoran terbawa ke vagina Anda
-
Menjaga berat badan yang ideal
-
Membatasi makanan yang tinggi gula, natrium, dan protein hewani
-
Gaya hidup sehat, hindari merokok, hindari konsumsi alkohol
-
Hindari paparan terhadap bahan atau bahan kimia berbahaya
Kapan Harus ke Dokter?
Kondisi di bawah ini adalah tanda Anda harus segera periksa ke dokter:
-
Terdapat darah yang menggumpal ketika Anda buang air kecil, ini akan disertai sensasi nyeri dan sakit
-
Nyeri di perut, punggung bawah, atau panggul
-
Perubahan kebiasaan buang air kecil, misalnya sering ingin buang air kecil tiba-tiba di saat tertentu
-
Terdapat tanda-tanda infeksi
Perlu Anda ketahui bahwa urine berwarna merah tidak selalu disebabkan oleh adanya darah. Ada beberapa obat yang dapat menyebabkan urine menjadi merah, seperti obat phenazopyridine. Selain itu, ada juga makanan yang dapat membuat urine menjadi merah, misalnya buah bit dan rhubarb.
Jadi, jika Anda melihat perubahan warna pada urine dalam beberapa hari atau ditambah dengan sensasi nyeri, periksalah ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Artikel ini Disusun Oleh Mirna S. Tim Medis Klinik kirana dan Sudah ditinjau oleh : dr. Hadi Purnomo - Kepala Dokter Klinik Kirana
Baca Proses Editorial Klinik Kirana disini : Proses Editorial
- Cleveland Clinic. (2025). Hematuria (blood in the urine).
- Mazhari, R., & Kimmel, P. L. (2002). Hematuria: An algorithmic approach to finding the cause. Cleveland Clinic Journal of Medicine, 69(11), 870, 872–874, 876 passim.
- Tøndel, C., & Andersin, J. (2022). Glomerular hematuria and the utility of urine microscopy: A review. American Journal of Kidney Diseases


